Scroll Text - http://www.marqueetextlive.com

Tugas Kelompok 3 |Filsafat Pendidikan | Materialisme dan Pragmatisme


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Akal merupakan kelebihan yang dimiliki manusia dari mahluk lain. Dari akal pula muncul berbagai ilmu pengetahuan, karena pemikiran yang dilakukan akal bersumber pula dari ilmu-ilmu yang telah ada. Dan dengan kemampuan rasio pula manusia dapat menjangkau jauh dari sesuatu yang hanya terlihat (empiris), sesuatu di luar indera dan menemukan sebuah kebenaran filsafat.
Wacana filsafat yang menjadi topik utama pada zaman modern, khususnya abad ke-17, adalah persoalan epistemologi. Pertanyaan pokok dalam bidang epistemologi adalah bagaimana manusia memperoleh pengetahuan dan apakah sarana yang paling memadai untuk mencapai pengetahuan yang benar, serta apa yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri
Dengan tingkat pemahaman manusia yang beragam menyebabkan perbedaaan pendapat tentang kebenaran yang di anut. Dan hal ini menimbulkan berbagi aliran dalam dunia filsafat, salah satunya adalah filsafat materialisme yang lebih menekankan pada kenyataan dan empirisme. Maka dalam makalah ini akan dibahas aliran yang sarat dengan hal nyata, namun kita harus tahu bagaimanakah filsafat, dan makalah ini akan menjawabnya.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah, yakni:
  1. Apa pengertian dari filsafat?
  2. Apa pengertian dari filsafat aliran materialisme?
  3. Apa pengertian pragmatisme?


1.3  Tujuan
  1. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat.
  2. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat aliran materialisme.
  3. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat aliran pragmatisme














BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum masuk kedalam pembahasan tentang filsafat pendidikan materialisme dan pragmatisme, ada baiknya kita mengetahui arti filsafat itu sendiri. Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang juga diambil dari bahasa Yunani philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".
Adapun pengertian filsafat menurut para ahli adalah:
a.       Plato
Filsafat adalah pengertian segala sesuatu yag ada da ilmu yang berminat mencapai kebenaran asli
b.      Aristotele
Filsafat adalah ilmu yang terkandung dalam metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
c.       Marcus Tulius Cecero
Filsafat adalah ilmu pengetahuan sesuatu Yang Maha Agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
d.       Al Farabi
Filsafat adalah ilmu tentang alam maujud dan hakikat yang sebenarnya.


2.1 FILSAFAT PENDIDIKAN MATERIALISME   
2.1.1 Latar Belakang Pemikiran
Karakteristik umum materialisme pada abad delapan belas berdasarkan pada suatu asumsi bahwa realitas dapat dikembangkan pada sifat-sifat yang sedang mengalami perubahan gerak dalam ruang (Randal,et.al,1942). Asumsi tersebut menunjukkan bahwa :
1)      Semua sains seperti biologi,kimia,psikologi,fisika,sosiologi,ekonomi,dan yang lainnya ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara kausal (sebab akibat).jadi,semua sains merupakan cabang dari sains mekanika;
2)      Apa yang dikatakan “jiwa” (mind) dan segala kegiatannya (berpikir,memahami) adalah merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak,system urat saraf, atau orga-organ jasmani yang lainnya.
3)      Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita,makna dan tujuan hidup, keindahan dan kesenangan, serta kebebasan,hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan, symbol subjektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda.

Ludwig Feuerbach (1804-1872) mencanangkan suatu metafisika materialistis,suatu etika yang humanistis, dan suatu epistemology yang menjungjung tinggi pengenalan inderawi.oleh karena itu,ia ingin mengganti idealisme Hegel (guru Feuerbach) dengan materialisme.jadi,menurut Feuerbach,yang ada hanyalah materi,tidak mengenal alam spiritual. Kepercayaan kepada Tuhan hanyalah merupakan suatu proyeksi dari kegagalan atau ketidakpuasan manusia untuk mencapai  cita-cita kebahagiaan dalam hidupnya. Dengan kegagalan tersebut manusia memikirkan suatu wujud yang bahagia secara absolut, oleh karena itu, Tuhan hanyalah merupakan hasil khayalan manusia. Tuhan diciptakan oleh manusia sendiri,secara maya,padahal wujudnya tidak ada.
Cabang materialisme yang banyak diperhatikan orang dewasa ini,dijadikan sebagai landasan berpikir adalah “Positivisme”. Menurut positivism,kalau sesuatu itu memang ada,maka adanya itu adalah jumlahnya.
Zaman positif (Harun Hadiwijono, 1980) adalah zaman dimana orang tahu,bahwa tiada gunanya untuk berusaha mencapai pengetahuan yang mutlak,baik pengenalan teologi maupun pengenalan metafisik. Ia tidak lagi melacak awal dan tujuan akhir dari seluruh alam semesta,atau melacak hakikat yang berada dibelakang segala sesuatu.sekarang orang berusaha menemukan hukum-hukum kesamaan dan aturan yang terdapat pada fakta-fakta yang telah dikenal atau yang disajikan kepadanya,yaitu dengan mengamati semua fakta-fakta yang positif yang menampakkan pada pancaindera dan menggunakan akalnya.
Jadi,dikatakan positivisme,karena mereka beranggapan bahwa yang dapat kita pelajari hanyalah yang mendasarkan fakta-fakta,berdasarkan data-data yang nyata,yaitu yang mereka namakan positif.
Selanjutnya,dapat kita simak pandangan Thomas Hobbes,sebagai pengikut empirisme materialistis. Ia berpendapat bahwa pengalaman merupakan awal dari segala pengetahuan,juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan dikukuhkan oleh pengalaman. Hanya pengalamanlah yang memberikan kepastian pengetahuan melalui akal hanya memiliki fungsi mekanis semata,sebab pengenalan dengan akal mewujudkan suatu proses penjumlahan dan pengurangan.

 2.1.2 Pendidikan
Materialisme maupun positivisme pada dasarnya tidak menyusun konsep pendidikan secara eksplisit. Bahkan menurut Henderson (1959),materialism belum pernah menjadi penting dalam menentukan sumber teori pendidikan.
Menurut Waini Rasyidin (1992),filsafat positivisme sebagai cabang dari materialisme lebih cenderung menganalisis hubungan factor-faktor  yang mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan secara factual. Memlih aliran positivisme berarti menolak filsafat pendidikan dan mengutamakan sains pendidikan.
Menurut Behaviorisme,apa yang disebut dengan kegiatan mental kenyataannya tergantung pada kegiatan fisik,yang merupakan berbagai kombinasi dan materi dalam gerak. Gerakan fisik yang terjadi dalam otak,kita sebut berpikir,dihasilkan oleh peristiwa lain dalam dunia materi,baik materi yang berada dalam tubuh manusia maupun materi yang berada diluar tubuh manusia. Behaviorisme yang berakar pada positivisme dan materialisme telah populer dalam menyusun teori pendidikan,terutama dalam teori belajar, yaitu apa yang disebut dengan “conditioning theory”,yang dikembangkan oleh E.L.Thomdike dan B.F.Skinmer.
Menurut behavorisme,perilaku manusia adalah hasil pembentukan melalui kondisi lingkungan (seperti contoh anak dan kucing diatas). Yang dimaksud dengan perilaku adalah hal-hal yang berubah dapat diamati,dan dapat diukur (materialisme dan positivisme).
Power (1982) mengemukakan beberapa implikasi pendidikan positivisme behaviorisme yang bersumber pada filsafat materialisme,sebagai berikut;

1)      Tema
Manusia yang baik dan efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah dan seksama.
2)      Tujuan pendidikan
Perubahan perilaku mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya untuk tanggung jawab hidup social dan pribadi yang kompleks.
3)      Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi,selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
4)      Meto            de
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi . (SR conditioning. operant conditioning ,reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi
5)      Kedudukan siswa
Tidak ada kebebasan.perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar.pelajaran sudah dirancang.siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.
6)      Peranan guru
Guru memiliki kekuasan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.



2.2 FILSAFAT PENDIDIKAN PRAGMATISME

            Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris,yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami.
Pendiri filsafat pragmatisme di Amerika adalah Charles Sandre Peirce (1839-1914), Wiliam James (1842-1910), dan John Dewey (1859-1952).ketiga filosof tersebut berbeda,baik dalam metodologi maupun dalam kesimpulannya.
Pragmatism peirce dilandasi oleh fisika dan matematika,filsafat Dewey dilandasi oleh sains-sains social dan biologi,sedangkan pragmatisme James adalah personal,psikilogis,dan bahkan mungkin religious.
Istilah pragmatisme berasal dari perkataan ”pragma” artinya praktik atau aku berbuat. Maksudnya bahwa makna segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dapat dilakukan.istilah lainnya yang dapat diberikan pada filsafat pragmatisme adalah intrumentalisme dan eksperimentalisme. Disebut instrumentalisme karena menganggap bahwa dalam hidup ini tidak dikenal tujuan akhir,melainkan hanya tujuan antara dan sementara yang merupakan alat untuk mencapai berikutnya,termasuk dalam pendidikan tidak mengenal tujuan akhir. Dikatakan eksperimentalisme.karena filsafat ini menggunakan metode eksperimen dan berdasarkan atas pengalaman dalam menentukan kebenarannya.

2.2.1        REALITAS
Realitas merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Manusia dan lingkungannya berdampingan, dan memiliki tanggung jawab yang sama terhadap realitas.perubahan merupakan esensi realitas,dan manusia harus siap mengubah cara-cara yang akan dikerjakannya.manusia pada hakikatnya plastis dan dapat berubah. Teori pragmatism tentang perubahan yang terus-menerus didasari pandangan Heracleitos  540 – 480     SM),seorang filosof Yunani dengan teori yang disebut “panta rei”,artinya mengalir secara terus-menerus.
Heracleitos berpendapat bahwa tidak ada sungai yang dialiri oleh air yang sama. Bagi pragmatisme tidak dikenal istilah metafisika karena mereka tidak pernah memikirkan hakikat dibalik realitas yang dialami dan diamati oleh pancaindera manusia.realitas adalah apa yang dapat dialami dan diamati secara inderawi.
Tema pokok filsafat pragmatisme adalah :
Esensi realitas adalah perubahan
a)      Hakikat social dan bilogis manusia yang esensial
b)      Relativitas nilai
c)      Penggunaan intelegensi secara kritis

Watak pragmatisme adalah humanistis dan menyetujui suatu dalil “manusia adalah ukuran segala-galanya” (man is the meansure of all things).
Tujuan dan alat pendidikan harus fleksibel dan terbuka untuk perbaikan secara terus-menerus. Tujuan dan cara untuk mencapai tujuan pendidikan harus rasional dan ilmiah.
 
2.2.2                  PENGETAHUAN
Pengetahuan sebagai transaksi antara manusia dengan lingkungannya,dan kebenaran merupakan bagian dari pengetahuan. Pragmatisme mengajarkan bahwa tujuan semua berpikir adalah kemajuan hidup.            Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang berguna,menurut james,suatu ide itu benar apabila berakibat memberi kepuasan jika diuji secara objektif dan ilmiah.
Secara khusus pragmatisme mengemukakan bahwa ide yang benar tergantung kepada konsekuensi-konsekuensi yang diobservasi secara objektif,dan ide tersebut operasional.Teori kebenaran merupakan alat yang kita pergunakan untuk memecahkan masalah dalam pengalaman kita.jadi,menurut pragmatisme suatu teori itu benar apabila berfungsi.kebenaran bukan sesuatu yang statis,melainkan tumbuh berkembang dari waktu ke waktu.
Menurut james (Harun Hadiwijono. 1980) tidak ada kebenaran mutlak berlaku umum,bersifat tetap,berdiri sendiri,lepas dari akal pikiran yang mengetahui. Pragmatisme juga berpandangan bahwa metode intelegen merupakan cara ideal untuk memperoleh pengetahuan.
Untuk memecahkan masalah-masalah social dan perorangan  yang paling penting,diharapkan menerapkan logika sains pada pengalaman yang problematic. Menurut john Dewey,yang dikemukakan oleh Waini Rasyidin (1992  :  144),dalam menerapkan konsep pragmatisme secara eksperimental dalam memecahkan masalah hendaknya melalui lima tahapan yaitu;
1.      indeterminate situation,timbulnya situasi ketegangan didalam pengalaman yang perlu dijabarkan secara spesifik.
2.      diagonis,artinya timbul upaya mempertajam masalah sampai pada menentukan factor-faktor yang diduga menyebabkan timbulnya masalah.
3.      Hypothesis,artinya ada upaya menemukan gagasan yang diperkirakan dapat mengatasi masalah,dengan jalan mengerahkan pengumpulan informasi yang Penting-penting
4.      Hypothesis testing,yaitu pelaksanaan berbagai hipotesis yang paling relevan secara teoritis untuk membandingkan implikasi masing-masing kalau dipraktikkan.
5.      evaluation,artinya mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik dilaksanakan,yaitu dalam kaitan dengan masalah yang dirumuskan pada langkah ke-2 dan ke-3.
              Berdasarkan langkah-langkah diatas,Dewey berusaha menyusun suatu te ri yang logis dan tepat berdasarkan konsep-konsep,pertimbangan-pertimbangan,penyimpulan penyimpulan dalam bentuknya yang beraneka ragam,dalam arti alternatif –alternatif.
              Menurut Dewey yang benar adalah apa yang pada akhirnya disetujui oleh semua orang yang menyelidikinya.
              Selanjutnya pada bagian lain Dewey mengatakan bahwa pengalaman merupakan suatu interaksi antara lingkungan dengan organisme biologis.kegiatan berpikir timbul disebabkan karena adanya gangguan terhadap situasi yang menimbulkan masalah bagi manusia.untuk memecahkan masalah tersebut disusun hipotesis sebagai bimbingan bagi tindakan berikutnya,
              Dewey menegaskan bahwa berpikir khususnya berpikir ilmiah merupakan alat untuk memecahkan masalah itulah yang disebut metode intelegen atau metode ilmiah.    John Dewey mengembangkan sebuah teori pengetahuan dari sudut peranan biologis dan psikologis.konsep-konsepnya  merupakan bimbingan untuk mengarahkan kegiatan intelektual manusia kearah masalah social yang timbul pada waktu itu.Menurut Dewey,tugas filsafat adalah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup.

2.2.3        NILAI
                        Pragmatisme mengemukakan pandangannya tentang nilai,bahwa nilai itu relatif.kaidah-kaidah moral dan etik tidak tetap,melainkan selalu berubah seperti perubahan kebudayaan,masyarakat,dan lingkungannya.
Menurut pragmatisme kita harus mempertimbangkan perbuatan manusia dengan tidak memihak dan secara ilmiah memiliki nilai-nilai yang tampaknya memungkinkan untuk memecahkan masalah –masalah yang dihadapi manusia.
Nilai lahir dari keinginan,dorongan,dan perasaan serta kebiasaan manusia sesuai dengan watak manusia sebagai kesatuan antara factor-faktor  biologis dan factor social dalam diri dan kepribadiannya. Nilai merupakan suatu realitas dalam kehidupan yang dapat dimengerti sebagai suatu ide,suatu perilaku,pengetahuan,atau ide dikatakan benar apabila mengandung kebaikan,berguna,dan bermanfaat bagi manusia untuk penyesuaian diri dalam kehidupan pada suatu lingkungan tertentu.

2.2.4        PENDIDIKAN
a)      Konsep pendidikan
Menurut Dewey terdapat dua teori pendidikan yang saling bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya.kedua teori pendidikan tersebut adalah paham konservtif dan “unfolding theory” (teori pemerkahan). Teori konservatif mengemukakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu pembentukan terhadap pribadi anak tanpa memperhatikan kekuatan-kekuatan atau potensi-potensi yang ada dalam diri anak. “unfolding theory” berpandangan bahwa anak akan berkembang dengan sendirinya,Karena ia telah memiliki kekuatan-kekuatan laten,dimana perkembangan sianak telah memiliki tujuan yang pasti.
Menurut pragmatisme pendidikan bukan merupakan suatu proses pembentukan dari luar,dan juga bukan merupakan suatu pemerkahan kekuatan-kekuatan laten dengan sendirinya. Pendidikan menurut pragmatisme merupakan suatu proses organisasi dan rekonstruksi dari pengalaman-pengalaman individu.
Pengalaman-pengalaman tersebut bukan terdiri atas materi intem maupun materi yang diungkapkan,melainkan materi yang berasal dari aktivitas yang asli dari lingkungan. Selanjutnya  John Dewey mengemukakan perlunya atau pentingnya pendidikan karena berdasarkan atas tiga pokok pemikiran yaitu :
a)      pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup
b)      pendidikan sebagai pertumbuhan
c)      pendidikan sebagai fungsi sosial

b)     Pendikan Sebagai Kebutuhan Untuk Hidup
                         Pendidkan merupakan kebutuhan untuk hidup karena adanya anggapan bahwa pendidikan selain sebagai alat,pendidikan juga berfungsi sebagai pembaharuan hidup
  
1.      Pendidikan Sebagai Pertumbuhan
Menurut Dewey pertumbuhan merupakan suatu perubahan tindakan yang berlangsung terus untuk mencapai suatu hasil selanjutnya.pertumbuhan itu terjadi karena kebelummatangan. Ciri dari kebelummatangan adalah adanya ketergantungan dan plastisitas si anak. Yang dimaksud plastisitas adalah kemampuan belajar dari pengalaman,yang merupakan pembentukan kebiasaan

2.      Pendidikan Sebagai Fungsi Sosial
Masyarakat meneruskan,menyelamatkan sumber dan cita-cita masyarakat,dalam hal ini lingkungan merupakan syarat bagi pertumbuhan dan fungsi pendidikan  merupakan “a process of leading and bringing up”
 Sekolah sebagai alat tranmisi merupakan suatu lingkungan khusus yang memiliki tiga fungsi yaitu :
1.      Menyederhanakan dan menertibkan factor-faktor bawaan yang dibutuhkan untuk berkembang
2.      Memurnikan dan mengidealkan kebiasaan masyarakat yang ada
3.      Menciptakan suatu lingkungan yang lebih luas dan lebih baik daripada yang diciptakan anak tersebut dan menjadi milik mereka untuk dikembangkan.

c)      Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan harus dihasilkan dari situasi kehidupan disekeliling anak dan pendidik,harus fleksibel dan mencerminkan aktivitas bebas. Tujuan pendidikan menurut pragmatisme bersifat temporer karena tujuan itu merupakan alat untuk bertindak.apabila suatu tujuan telah tercapai,maka hasil tujuan tersebut menjadi alat untuk mencapai tujuan berikutnya.
Beberapa karakteristik tujuan pendidikan yang harus diperhatikan adalah:
1.      Tujuan pendidikan hendaknya ditentukan dari kegiatan yang didasarkan atas kebutuhan Intrinsic anak didik.
2.      Tujuan pendidikan harus mampu memunculkan suatu metode yang dapat mempersatukan aktivitas pengajaran yang sedang berlangsung.
3.      Tujuan pendidikan adalah spesifik dan langsung.pendidikan harus tetap menjaga untuk tidak mengatakan yang berkaitan dengan tujuan umum dan tujuan akhir

d)     Proses pendidikan
Menurut pragmatisme pelajaran harus didasarkan atas fakta-fakta yang sudah diobservasi,dipahami,serta dibicarakan sebelumnya. Bahan pelajaran harus mengandung ide-ide yang dapat mengembangkan situasi untuk mencapai tujuan dan harus ada hubungannya dengan materi pelajaran. Metode yang sebaiknya digunakan dalam pendidikan adalah metode disiplin,bukan dengan kekuasaan.
Jadi dalam proses belajar mengajar ada beberapa saran bagi guru yang harus diperhatikan terutama dalam menghadapi siswa dalam kelas,yaitu :
1.      Guru tidak boleh memaksakan suatu idea tau pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan Kemampuan siswa.
2.      Guru hendaknya menciptakan suatu situasi yang menyebabkan siswa akan merasakan ada-Nya suatu masalah yang ia hadapi sehingga timbul minat untuk memcahkan masalah tersebut
3.      Untuk membangkitkan minat anak hendaklah guru mengenal kemampuan serta minat masing-masing siswa.
Jadi tugas guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai fasilitator,memberi dorongan dan kemudahan kepada siswa. Power mengemukakan implikasi filsafat pendidikan pragmatisme terhadap pelaksanaan pendidikan sebagai berikut:
1.      Tujuan pendidikan
Memberi pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam hidup sosial dan pribadi.
2.      Kedudukan siswa
Suatu organisme yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh
3.      Kurikulum
Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah,minat dan kebutuhan siswa yang dibawa kesekolah dapat menentukan kurikulum
4.      Metode
Metode aktif yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja)
5.      Peran guru
Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa tanpa mengganggu minat dan kebutuhannya







BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Materialisme merupakan salah satu aliran dalam dunia filsafat. Materialisme adalah aliran yang memandang bahwa segala sesuatu adalah relitas dan realitas seluruhnya adalah materi belaka.  
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
3.2   Saran
  1. Filsafat berdasar rasio, jadi sebaiknya memilih filsafat yang berdasar rasio kita, namun jangan pernah takut untuk berfilsafat.
  2. Filsafat sebaiknya diiringi oleh agama, yang merupakan kebenaran tertinggi.
  3. Dalam makalah ini mungkin masih banyak terdapat kesalahan atau kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran-saran dari pembaca khususnya. Melalui makalah ini penulis menghimbau kepada para teman-teman agar menggali berbagai ilmu pengetahuan dan meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Swt.





DAFTAR PUSTAKA
Imam Bernadib. 2002. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa
http://iirmakalahtarbiyah.blogspot.com
http://noexs.blogspot.com


powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme